Diary Kegiatan
Outbond
Oleh
: Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko
Pagi ini aku bangun jam 4 pagi, setelah
bangun aku mandi untuk mempersiapkan diriku yang akan pergi outbond bersama anak-anak Kaca, outbond ini bertujuan untuk pengenalan rubrik kaca SKH Kedaulatan
Rakyat, serah terima kepengurusan Kaca yang baru, sekaligus sebagai kegiatan
keakraban untuk calon Kaca angkatan 23 dan Padakacarma. Kami yang mengikuti
kegiatan kegiatan di Desa Wisaya Grogol, Dusun Grogol, Desa Margodadi,
Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman,
DIY, diharuskan
berkumpul di Joglo
KR pukul 6.30. Saat aku datang ke sana sudah banyak teman-teman dari
calon Kaca angkatan 23 maupun dari Padakacarma. Jam 6.30 tepat, kami diminta untuk mengisi daftar hadir. Karena
wajah kami yang masih kusut dan ngantuk, kemudian Mbak Desti dan Mbak Niken
berinisiatif untuk melakukan pemanasan.
Pemanasannya adalah senam poki-poki, yaitu
gerakan beberapa anggota tubuh yang diselingi nyanyian “dan di
goyang-goyangkan, menari poki-poki, menari poki-poki, digoyang-goyang”. Gerakan
demi gerakan Mbak Desti dan Mbak Niken kami ikuti untuk menghilangkan kantuk,. Setelah
pemanasan,
kami dibagi dalam
kelompok. Masing-masing
ketua kelompok adalah calon Kaca angkatan 23, kemudian masing-masing ketua
kelompok tersebut dibagi bekal berupa air mineral gelas 1 liter, roti, dan biskuit.
Setelah itu kami berjalan keluar menuju
seberang kantor
KR untuk menghampiri 2 bus
yang sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke Desa Wisata Grogol. Rombongan
calon Kaca angkatan 23 berada dalam 1 bus dan diminta untuk berangkat lebih dulu. Tapi saat akan berangkat, ternyata bus yang kami tumpangi tidak bisa di
nyalakan. Kami pun turun dan berganti
bus.
Selama perjalanan, awalnya aku hanya diam menikmati pemandangan sawah yang
hijau, jalan berliku, dan beberapa gunung yang menjulang. Tapi lama kelamaan aku mulai bosan melihat pemandangan tersebut,
sementara aku hanya diam dan yang lainnya asik mengobrol. Kemudian aku berkenalan dengan teman sebelahku,
agar suasana tidak garing dan membosankan. Di bus aku berkenalan dengan dua anak IT
Abubakar dan dua anak SMK, namanya Jamal,
Rio,
Arif
dan Dafi.
Setelah ngobrol cukup lama kami
ternyata
cukup nyambung, apalagi kami ini laki-laki semua, jadi gampang untuk mencari bahan obrolan. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, tak terasa kami sudah
sampai di Desa Wisata Grogol.
Setelah sampai di Desa Wisata Grogol,
kami disambut oleh 5 orang bapak-bapak berbaju seragam berwarna biru. Kemudian
kami singgah di rumah sederhana yang disulap menjadi ruang untuk keperluan kami
berkumpul. Sebelum masuk ke rumah sederhana itu, kami disambut lagi oleh banyak
warga berbaju seragam biru yang sekaligus akan menjadi instruktur permainan outbond. Setelah bersalaman, kami disuguhi minuman khas Desa
Grogol yang mereka produksi sendiri, yaitu jamu kunir asem, dan beras kencur. Tak hanya jamu khas dari Desa Grogol, kami juga
disuguhi alunan lagu merdu dari speaker yang terpasang.
Setelah selesai disambut warga, kemudian
kami masuk
ke rumah sederhana tempat meletakan
barang bawaan
kami. Rumah tersebut hanya menjadi tempat kita singgah, karena tempat outbond
masih cukup jauh. Sebelum
menuju tempat outbond Ibu
Kepala Desa memberi pidato
sambutan kepada kami.
Setelahnya, kami harus berjalan kaki kurang lebih 5 menit.
Untuk menuju tempat outbond tersebut
kami disuguhi hamparan sawah nan hijau dengan nuansa desa yang sangat kental. Tak terasa kami sampai di tempat outbond.
Tempat outbond yang kami kunjungi ini
cukup luas dan menawarkan banyak sekali permainan.
Di tempat outbond
kami langsung diberi
permainan agar bersemangat mengikuti outbond.
Jika instruktur mengatakan “hai” maka kami mengatakan “hello”, begitu juga
sebaliknya jika instruktur mengatakan “hello” maka kami mengatakan “hai”.
Kemudian kami streching, untuk
menyiapkan otot-otot kami yang akan menghadapi berbagai rintagan outbond yang disediakan. Gerakan streching mulai dari kepala, tangan,
kaki, dan beberapa gerakan statis.
Hal yang paling membuatku binggung adalah pembagian
kelompok. Sebelumnnya saat aku berkumpul dengan teman-teman kaca, kami dibagikan dalam kelompok, tetapi di tempat outbond
malah dibagi kelompok
baru
lagi. Kelompokku terdiri dari 16 orang dan aku awalnya hanya kenal beberapa orang saja. Setelah pembagian
kelompok tersebut, kami diwajibkan memberikan nama dan membuat yel-yel untuk
kelompok kami masing-masing. Saat giliran menampilkan nama kelompok dan
yel-yel, kelompokku maju duluan. Nama kelompokku adalah undur-undur, kelompokku
diketuai oleh Yudho.
Yudho adalah anggota
Kaca
angkatan 6. Dia menjadi ketua kelompokku karena semua sepakat bahwa dia yang
paling tua. Kemudian yel-yel yang kami buat meniru gerakan goyang oplosan
tetapi dengan kata-kata “undur-undur ! asik-asik jooss !”. Lalu ada kelompok Sapi, Ayam dan Tengu. Setelah semua masing-masing
kelompok maju dan mengenalkan diri, ada pembagian permainan. Kebetulan
kelompokku yaitu kelompok undur-undur kebagian untuk bermain jembatan goyang
terlebih dahulu, sementara kelompok lainnya bermain permainan yang lain.
Jembatan goyang menurutku adalah
permainan outbond yang paling susah, karena kesabaran dan keseimbangan ku diuji.
Percobaan pertama dari Yudho
berhasil, kemudian aku mencoba untuk melewati jembatan goyang tersebut, tapi
semakin ke tengah, semakin banyak getaran yang diperoleh, sehingga terpaksa aku
jatuh dan tercebur di dalam kolam di sekitar jembatan gantung tersebut.
Setelah bermain jembatan goyang, aku dan
kelompokku bermain di kolam lumpur. Di sini kami dari 1 kelompok dibagi lagi
menjadi 2 kelompok. Permainan ini membutuhkan 6 pemain yang bertugas untuk
merayap, dan 1 raja atau ratu
yang akan kami gendong menuju tempat finish.
Di kolam lumpur ini disediakan tempat seperti milik tentara, jadi kami harus
merayap di kubangan lumpur, secara tidak langsung baju kami pun ikut kotor
dengan bekas noda lumpur di sekujur tubuh kami. Permainan ini bertujuan untuk
melatih kesigapan kami. Timku
akhirnya menang karena
masuk finish
terlebih dahulu.
Setelah bermain lumpur, kami
bilas badan dan baju
kamu
di air terjun kecil yang melimpah airnya,
satu
persatu membersihkan diri dari gumpalan-gumpalan lumpur yang menempel di baju
dan celana hingga bersih.
Selanjutnya
kami bermain di kolam renang. Di
kolam renang kami diajak untuk memainkan
permainan yang mengandung kepercayaan. Di permainan tersebut kami harus
menahan teman kami yang akan jatuh dari atas menuju ke kolam. Caranya dengan kami berpasangan dan
menumpukkan tangan satu sama lain sehingga membetuk seperti tandu yang siap menahan
jatuhnya teman. Lalu setelah itu adalah permainan mencari koin di dasar
kolam. Pada
saat itu Aku, Yudho dan Alwan yang main mencari koin di
dasar kolam, aku bertiga berhasil menemukan semua koin yang disebar oleh
instruktur permainan.
Setelah itu kelompokku bermain susur
sungai dengan ban. Jadi kami harus berjalan ke atas menuju hulu dari sungai
yang mengalir di antara
tempat
outbond.
Tidak sampai 5 menit kami sudah sampai ke hilir dan memulai permainan yang
mengasikan ini. Permainan ini sangat mengasyikan terutama saat kita bertemu turunan
kecil, meskipun arus di sini
tidak deras,
tapi
hanya dengan ini saja sudah terasa keasikan dari permainan susur sungai. Setelah
sampai hilir kami langsung berlanjut menuju permainan terakhir.
Permainan terakhir merupakan permainan kecekatan,
kecepatan dan kerjasama. Kami disediakan 5 buah kelengkeng dan beberapa bambu
yang dibelah. Pada permainan ini, kami dibagi lagi menjadi 2 kelompok. Intinya
adalah harus mengelindingkan kelengkeng dengan bilah-bilah bambu tersebut. Team
ku menang lagi karena menjadi yang tercepat.
Aku dan kelompokku telah merasakan semua
permainan di tempat outbond. Setelah itu aku dan kelompokku
kembali ke rumah singgah untuk membersihkan diri, mandi, dan kemudian
bersiap-siap untuk acara selanjutnya.
Aku sempat kebingungan saat akan mandi,
karena di rumah singgah hanya ada satu kamar mandi dan pada saat aku datang,
yang antri semuanya cewek-cewek Kaca. Aku lalu berinisiatif bertanya kepada
pemilik rumah dan akhirnya ditunjukkan kamar mandi yang berada di masjid yang
tidak jauh dari rumah singgah tersebut. Aku langsung mandi dan saat aku selesai
dan keluar, ternyata sudah banyak yang antri di luar.
Untung saja aku mempunyai inisiatif yang tinggi.
Setelah mandi aku mengambil snack yang
kubawa sendiri kemudian membaginya sedikit ke teman-temanku. Setelah ngemil dan
menunggu teman-teman lain yang belum mandi, kami akhirnya makan bersama. Menu
makan hari itu memang unik, ada trancam, ayam, opor tahu dan tempe, kacang
rebus dan ada beberapa jajanan pasar. Tempat makan yang disediakan untuk kami
pun sangat menarik, yaitu dengan daun pisang yang dibentuk menyerupai kerucut
terbalik. Kami semua pun makan dengan lahap. Menurutku, hidangan yang paling enak
adalah makan ayam dengan kuah opor tahu tempe tersebut, rasanya sangat nikmat,
apalagi ditemani dengan teh hangat.
Seusai kami semua selesai makan,
acaranya selanjutnya adalah pelantikan dan serah terima pengurus Padakacarma
tahun 2014. Di acara serah terima tersebut para pengurus Padakacarma yang dulu
memberi kesan mereka setelah memimpin Padakacarma di tahunnya. Setelah itu
serah terima jabatan lama kepada jabatan baru. Ada hal menarik juga setelah
serah terima jabatan. Mas Agung meminta kita semua fokus hanya pada suaranya
dan memberikan arahan tangan kami harus membentuk cincin dan memberi sugesti
tangan itu di lem, dan ditali sehingga tidak dapat terlepas kecuali Mas Agung
yang melepaskannya. Saat itu ada 1 orang yang tersugesti dan tangannya tidak
dapat lepas. Tetapi itu semua hanya untuk menambah keakraban kami.
Acara selanjutnya yaitu presentasi tentang
potensi Desa Wisata Grogol. Presentasi ini juga menjadi tugas untuk para calon
anggota Kaca angkatan 23
yang sudah mulai menjadi seorang wartawan. Sesudah presentasi
kami kemudian berfoto bersama untuk kenang-kenagan. Kami kemudian berpamitan
dan berterima kasih
dengan semua warga yang berada di sana. Akhirnya kami masuk bus lagi dan pulang menuju KR. Saat
aku dalam perjalanan pulang, aku di sms oleh ibuku agar turun saja di Mirota Godean, karena rumahku cukup dekat
dengan Mirota
Godean. Sesampainya di Mirota Godean, aku turun dan berpamitan kepada
teman-teman satu busku,
kemudian aku dijemput oleh ibuku dan pulang menuju rumah. Rasanya outbond
bersama Kaca dan Padakacarma sangant menyenangkan, walaupun melelahkan. (Rayi Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)
Desa Grogol, Seyegan, Sleman
– Sabtu (28/13), Rubrik Kaca SKH Kedaulatan Rakyat (KR) mengadakan pelantikan
pengurus Padakacarma periode 2014 dan outbond
di Desa Wisata
Grogol. Acara ini bertujuan untuk pengenalan Rubrik Kaca SKH Kedaulatan Rakyat
sekaligus acara keakraban bagi anggota Kaca dan Padakacarma.
Acara
diawali dengan penyambutan
tim Rubrik Kaca SKH Kedaulatan Rakyat (KR) oleh warga Desa Grogol.
Kemudian dilanjutkan kegiatan
outbond
dan diakhiri dengan presentasi tentang potensi Desa Wisata Grogol. Acara ini bertujuan untuk
mengakraban
anggota Kaca dan Padakacarma sehingga
tidak
terjadi senioritas di antara
mereka.
Jamal
(16), peserta outbond, mengaku senang dengan adanya acara
keakraban tersebut. “Saya berharap
acara keakraban ini sering dilakukan agar tidak terjadi senioritas di antara kami dan semua bisa saling
kenal satu sama lain”,
tambahnya. (Rayi Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)
Vandalisme (Opini)
Oleh : Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko
Menurut eocommunity.com, vandalisme
berasal dari kata vandal atau vandalus, yang mengacu pada nama suatu suku pada
masa Jerman purba yang menempati wilayah sebelah selatan Baltik antara Vistula
dan Oder. Di abad 4 dan 5 Masehi, suku Vandal mengembangkan wilayahnya hingga Spanyol
dan Afrika Selatan. Pada tahun 455 Masehi, suku Vandal memasuki kota Roma dan
menghancurkan karya seni dan sastra Romawi yang terdapat pada waktu itu.
Vandalisme didefinisikan sebagai
kegiatan iseng dan tidak bertanggung jawab dari beberapa orang yang berperilaku
cenderung negatif. Kebiasaan ini berupa coret-coret tembok, dinding atau obyek
lain agar dapat dibaca secara luas, berupa tulisan nama orang, nama sekolah,
nama gank atau tulisan-tulisan lain tanpa makna yang berarti. Vandalisme telah
merujuk kepada tabiat seseorang yang membinasakan harta benda orang lain.
Sementara dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), definisi vandalisme ialah perbuatan merusak dan menghancurkan
hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya).
Menurut kamus Webster, definisi vandalism ialah willful or malicious
destruction or defacement of thing of beauty or of public or private property.
Yaitu, perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang
indah serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi.
Pelaku vandalisme ini sebenarnya sudah masuk
tindak kejahatan ringan, karena sifatnya merugikan pihak tertentu dan
mengganggu kenyamanan umum dengan cara merusak serta mencoret-coret fasilitas publik
maupun pribadi.
Kebanyakan pelaku vandalisme adalah kalangan remaja. Kebanyakan
remaja berusia sekitar 13-19 tahun yang tergabung dalam suatu genk sekolahnya. Remaja yang
tergabung di dalam genk tersebut berusaha mencari jati diri dengan melakukan
vandalisme. Vandalisme yang dilakukan anggota genk sekolah ini dengan
menuliskan 3 huruf inisial sekolahnya yang menandai daerah sekolahnya, serta di
sekitar tulisan inisal sekolahnya juga terdapat inisial remaja yang melakukan
vandalisme tersebut. Remaja seperti ini menginginkan dirinya diakui, sehingga
dia menemukan jati dirinya.
Vandalisme merupakan salah satu
perilaku menyimpang yang disebabkan pergaulan bebas remaja. Perilaku remaja
yang melakukan vandalisme ini tidak terlepas dari peran keluarga serta
lingkungan tempat remaja tumbuh berkembang. Perilaku yang menyimpang ini timbul
mungkin karena ketakutan remaja terhadap masa depan sehingga ketakutan tersebut
dialihkan pada sifat yang merusak serta menganggu orang banyak, seperti
vandalisme..
Contoh vandalisme yang saya amati
adalah di tembok dan rolling door toko.
Banyak sekali tulisan maupun gambar dari pelaku vandalisme yang menghiasi dinding maupun rolling door toko. Pengamatan saya tak
berhenti di situ, saat melewati perempatan Pasar Godean, kemudian belok kanan
ke arah utara, sekitar 1-2 km terdapat monumen berpondasi besar dan lebar. Pondasi
monumen tersebut telah di-vandal. Monumen yang seharusnya menjadi tempat
bersejarah, kini telah dialih fungsikan menjadi arena vandalism yang tidak
enak dipandang oleh mata.
Sejauh ini tidak ada perhatian
khusus dari pemerintah terkait fenomena vandalism yang terus terjadi. Pemerintah
seakan acuh dengan fenomena yang sangat menganggu dan merusak banyak fasilitas
publik. Masyarakat juga hanya diam melihat fenomena ini. Meskipun sejujur
masyarakat juga sangat terganggu dengan adanya kegiatan vandalisme ini.
Masyarakat hanya dapat membersihkan bekas-bekas vandalisme dengan mengecat
ulang tembok yang divandal.
Sehingga sesungguhnya perlu tindakan tegas
dari pemerintah terkait fenomena
vandalisme ini. Sanksi berupa denda ataupun memperbaiki fasilitas publik
yang telah divandal bisa menjadi alternatif tindakan untuk membuat para pelaku
vandalism jera.
(Rayi
Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)
Oleh
: Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko
Desa Wisata Grogol terletak di Dusun
Grogol Desa Mergodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Desa wisata ini berbeda dengan objek wisata lainnya. Desa wisata
ini diplot sebagai Desa Wisata Budaya karena memproduksi gamelan dan wayang.
Latar belakang keluarga di desa ini mayoritas adalah dalang, sehingga kesenian
wayang dan gamelan pun sangat terjaga. Selain wayang dan gamelan, Desa Wisata
Grogol juga memiliki tempat produksi kereta kuda, kreweng, gerabah, tahu, tempe dan jamu.
Ada hal unik yang menjadi ciri khas Desa
Wisata Grogol. Jamuan minum atau welcome
drink di desa ini adalah jamu kunir asem
dan beras kencur. Jamu adalah
sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang
(akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang atau buah. Ada juga yang
menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu
kambing atau tangkur buaya. Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu
sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya. Selain ciri
khas welcome drink, terdapat keunikan
lain yang menjadi kebanggaan Desa Wisata Grogol. Wisatawan dapat meminta Desa
Wisata Grogol menampilkan kesenian khas Jawa.
Selain
dikenal lewat wisata budayanya, desa ini juga terkenal karena sumber mata
airnya yang tidak pernah habis sejak ditemukan zaman dahulu. Kono katanya, Desa
Grogol adalah jalur dakwah dari Sunan Kalijaga. Dulu Sunan Kaijaga berniat
beristirahat di desa ini dan ingin sholat, tetapi tidak ada air untuk beruwudhu.
Namun dengan kesaktian dan dari izin Tuhan, maka ia membuat mata air, yang
hingga saat ini masih mengeluarkan air yang berlimpah.
Seiring
berkembangnya zaman, desa wisata ini tidak hanya fokus pada kesenian saja. Desa
Wisata Grogol mulai membuka wisata outbond
untuk para wisatawan. Outbond ini
juga memanfaatkan mata air yang konon dibuat oleh Sunan Kalijaga. Lokasi outbond yang dimiliki Desa Wisata Grogol
ini masih relatif kecil, karena pembangunan tempat yang belum sempurna. Tapi
dengan kreativitas warga Desa Grogol, tempat yang kecil tersebut dapat dimanfaatkan
untuk banyak permainan. Permainan yang disuguhkan di sini antara lain: kolam
lumpur, kolam renang, susur sungai, jembatan goyang, dan jaring laba-laba.
Meskipun permainan outbond masih
termasuk baru untuk Desa Wisata Grogol, paket wisata ini termasuk digemari para wisatawan selain tracking, melukis gerabah, membatik,
menari, dan belajar bermain gamelan. Namun, dari semua paket wisata, yang
paling laris diserbu wisatawan adalah belajar gamelan. Karena untuk memainkan
gamelan dibutuhkan banyak orang, paket wisata ini sangat pas dimainkan
wisatawan yang sering datang rombongan.
Dengan letak yang strategis dan tidak
jauh dari perkotaan Yogyakarta tempat ini menjadi obyek sasaran wisatawan di
saat liburan maupun hari-hari biasa. Desa Wisata Grogol sedang mengembangkan
pembangunan Rest Area dan Gazebo. Desa Wisata Grogol memiliki jangkauan wisata
yang luas namun tetap saja, pusat kegiatan tetap berada di Desa Grogol.
Desa ini mempunyai target merubah status Desa
Wisata Grogol menjadi obyek wisata Grogol. Selain itu, desa ini juga
berkeinginan membuat pagelaran pentas seni rutin yang menampilkan keunggulan
Desa Wisata Grogol, serta pentas seni tersebut ditampilkan oleh para warga Desa Wista Grogol. (Rayi Angger / Siswa SMA
Kolese De Britto Yogyakarta)