Rabu, 01 Januari 2014

Kumpulan Ceritaku



Diary Kegiatan Outbond
Oleh : Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko


       Pagi ini aku bangun jam 4 pagi, setelah bangun aku mandi untuk mempersiapkan diriku yang akan pergi outbond bersama anak-anak Kaca, outbond ini bertujuan untuk pengenalan rubrik kaca SKH Kedaulatan Rakyat, serah terima kepengurusan Kaca yang baru, sekaligus sebagai kegiatan keakraban untuk calon Kaca angkatan 23 dan Padakacarma. Kami yang mengikuti kegiatan kegiatan di Desa Wisaya Grogol, Dusun Grogol, Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DIY, diharuskan berkumpul di Joglo KR pukul 6.30. Saat aku datang ke sana sudah banyak teman-teman dari calon Kaca angkatan 23 maupun dari Padakacarma. Jam 6.30 tepat, kami diminta untuk mengisi daftar hadir. Karena wajah kami yang masih kusut dan ngantuk, kemudian Mbak Desti dan Mbak Niken berinisiatif untuk melakukan pemanasan.
       Pemanasannya adalah senam poki-poki, yaitu gerakan beberapa anggota tubuh yang diselingi nyanyian “dan di goyang-goyangkan, menari poki-poki, menari poki-poki, digoyang-goyang”. Gerakan demi gerakan Mbak Desti dan Mbak Niken kami ikuti untuk menghilangkan kantuk,. Setelah pemanasan, kami dibagi dalam kelompok. Masing-masing ketua kelompok adalah calon Kaca angkatan 23, kemudian masing-masing ketua kelompok tersebut dibagi bekal berupa air mineral gelas 1 liter, roti, dan biskuit.
       Setelah itu kami berjalan keluar menuju seberang kantor KR untuk menghampiri 2 bus yang sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke Desa Wisata Grogol. Rombongan calon Kaca angkatan 23 berada dalam 1 bus dan diminta untuk berangkat lebih dulu. Tapi saat akan berangkat, ternyata bus yang kami tumpangi tidak bisa di nyalakan. Kami pun turun dan berganti bus.
       Selama perjalanan, awalnya aku hanya diam menikmati pemandangan sawah yang hijau, jalan berliku, dan beberapa gunung yang menjulang. Tapi lama kelamaan aku mulai bosan melihat pemandangan tersebut, sementara aku hanya diam dan yang lainnya asik mengobrol. Kemudian aku berkenalan dengan teman sebelahku, agar suasana tidak garing dan membosankan. Di bus aku berkenalan dengan dua anak IT Abubakar dan dua anak SMK, namanya Jamal, Rio, Arif dan Dafi. Setelah ngobrol cukup lama kami ternyata cukup nyambung, apalagi kami ini laki-laki semua, jadi gampang untuk mencari bahan obrolan. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, tak terasa kami sudah sampai di Desa Wisata Grogol.
       Setelah sampai di Desa Wisata Grogol, kami disambut oleh 5 orang bapak-bapak berbaju seragam berwarna biru. Kemudian kami singgah di rumah sederhana yang disulap menjadi ruang untuk keperluan kami berkumpul. Sebelum masuk ke rumah sederhana itu, kami disambut lagi oleh banyak warga berbaju seragam biru yang sekaligus akan menjadi instruktur permainan outbond. Setelah bersalaman, kami disuguhi minuman khas Desa Grogol yang mereka produksi sendiri, yaitu jamu kunir asem, dan beras kencur. Tak hanya jamu khas dari Desa Grogol, kami juga disuguhi alunan lagu merdu dari speaker yang terpasang.
       Setelah selesai disambut warga, kemudian kami masuk ke rumah sederhana tempat meletakan barang bawaan kami. Rumah tersebut hanya menjadi tempat kita singgah, karena tempat outbond masih cukup jauh. Sebelum menuju tempat outbond Ibu Kepala Desa memberi pidato sambutan kepada kami. Setelahnya, kami harus berjalan kaki kurang lebih 5 menit. Untuk menuju tempat outbond tersebut kami disuguhi hamparan sawah nan hijau dengan nuansa desa yang sangat kental. Tak terasa kami sampai di tempat outbond. Tempat outbond yang kami kunjungi ini cukup luas dan menawarkan banyak sekali permainan.
       Di tempat outbond kami langsung diberi permainan agar bersemangat mengikuti outbond. Jika instruktur mengatakan “hai” maka kami mengatakan “hello”, begitu juga sebaliknya jika instruktur mengatakan “hello” maka kami mengatakan “hai”. Kemudian kami streching, untuk menyiapkan otot-otot kami yang akan menghadapi berbagai rintagan outbond yang disediakan. Gerakan streching mulai dari kepala, tangan, kaki, dan beberapa gerakan statis.
      Hal yang paling membuatku binggung adalah pembagian kelompok. Sebelumnnya saat aku berkumpul dengan teman-teman kaca, kami dibagikan dalam kelompok, tetapi di tempat outbond malah dibagi kelompok baru lagi. Kelompokku terdiri dari 16 orang dan aku awalnya hanya kenal beberapa orang saja. Setelah pembagian kelompok tersebut, kami diwajibkan memberikan nama dan membuat yel-yel untuk kelompok kami masing-masing. Saat giliran menampilkan nama kelompok dan yel-yel, kelompokku maju duluan. Nama kelompokku adalah undur-undur, kelompokku diketuai oleh Yudho. Yudho adalah anggota Kaca angkatan 6. Dia menjadi ketua kelompokku karena semua sepakat bahwa dia yang paling tua. Kemudian yel-yel yang kami buat meniru gerakan goyang oplosan tetapi dengan kata-kata “undur-undur ! asik-asik jooss !”. Lalu ada kelompok Sapi, Ayam dan Tengu. Setelah semua masing-masing kelompok maju dan mengenalkan diri, ada pembagian permainan. Kebetulan kelompokku yaitu kelompok undur-undur kebagian untuk bermain jembatan goyang terlebih dahulu, sementara kelompok lainnya bermain permainan yang lain.
       Jembatan goyang menurutku adalah permainan outbond yang paling susah, karena kesabaran dan keseimbangan ku diuji. Percobaan pertama dari Yudho berhasil, kemudian aku mencoba untuk melewati jembatan goyang tersebut, tapi semakin ke tengah, semakin banyak getaran yang diperoleh, sehingga terpaksa aku jatuh dan tercebur di dalam kolam di sekitar jembatan gantung tersebut.
       Setelah bermain jembatan goyang, aku dan kelompokku bermain di kolam lumpur. Di sini kami dari 1 kelompok dibagi lagi menjadi 2 kelompok. Permainan ini membutuhkan 6 pemain yang bertugas untuk merayap, dan 1 raja atau ratu yang akan kami gendong menuju tempat finish. Di kolam lumpur ini disediakan tempat seperti milik tentara, jadi kami harus merayap di kubangan lumpur, secara tidak langsung baju kami pun ikut kotor dengan bekas noda lumpur di sekujur tubuh kami. Permainan ini bertujuan untuk melatih kesigapan kami. Timku akhirnya menang karena masuk finish terlebih dahulu.
       Setelah bermain lumpur, kami bilas badan dan baju kamu di air terjun kecil yang melimpah airnya, satu persatu membersihkan diri dari gumpalan-gumpalan lumpur yang menempel di baju dan celana hingga bersih.
       Selanjutnya kami bermain di kolam renang. Di kolam renang kami diajak untuk memainkan permainan yang mengandung kepercayaan. Di permainan tersebut kami harus menahan teman kami yang akan jatuh dari atas menuju ke kolam. Caranya dengan kami berpasangan dan menumpukkan tangan satu sama lain sehingga membetuk seperti tandu yang siap menahan jatuhnya teman. Lalu setelah itu adalah permainan mencari koin di dasar kolam. Pada saat itu Aku, Yudho dan Alwan yang main mencari koin di dasar kolam, aku bertiga berhasil menemukan semua koin yang disebar oleh instruktur permainan.
       Setelah itu kelompokku bermain susur sungai dengan ban. Jadi kami harus berjalan ke atas menuju hulu dari sungai yang mengalir di antara tempat outbond. Tidak sampai 5 menit kami sudah sampai ke hilir dan memulai permainan yang mengasikan ini. Permainan ini sangat mengasyikan terutama saat kita bertemu turunan kecil, meskipun arus di sini tidak deras, tapi hanya dengan ini saja sudah terasa keasikan dari permainan susur sungai. Setelah sampai hilir kami langsung berlanjut menuju permainan terakhir.
      Permainan terakhir merupakan permainan kecekatan, kecepatan dan kerjasama. Kami disediakan 5 buah kelengkeng dan beberapa bambu yang dibelah. Pada permainan ini, kami dibagi lagi menjadi 2 kelompok. Intinya adalah harus mengelindingkan kelengkeng dengan bilah-bilah bambu tersebut. Team ku menang lagi karena menjadi yang tercepat.
       Aku dan kelompokku telah merasakan semua permainan di tempat outbond. Setelah itu aku dan kelompokku kembali ke rumah singgah untuk membersihkan diri, mandi, dan kemudian bersiap-siap untuk acara selanjutnya.
       Aku sempat kebingungan saat akan mandi, karena di rumah singgah hanya ada satu kamar mandi dan pada saat aku datang, yang antri semuanya cewek-cewek Kaca. Aku lalu berinisiatif bertanya kepada pemilik rumah dan akhirnya ditunjukkan kamar mandi yang berada di masjid yang tidak jauh dari rumah singgah tersebut. Aku langsung mandi dan saat aku selesai dan keluar, ternyata sudah banyak yang antri di luar. Untung saja aku mempunyai inisiatif yang tinggi.
       Setelah mandi aku mengambil snack yang kubawa sendiri kemudian membaginya sedikit ke teman-temanku. Setelah ngemil dan menunggu teman-teman lain yang belum mandi, kami akhirnya makan bersama. Menu makan hari itu memang unik, ada trancam, ayam, opor tahu dan tempe, kacang rebus dan ada beberapa jajanan pasar. Tempat makan yang disediakan untuk kami pun sangat menarik, yaitu dengan daun pisang yang dibentuk menyerupai kerucut terbalik. Kami semua pun makan dengan lahap. Menurutku, hidangan yang paling enak adalah makan ayam dengan kuah opor tahu tempe tersebut, rasanya sangat nikmat, apalagi ditemani dengan teh hangat.
       Seusai kami semua selesai makan, acaranya selanjutnya adalah pelantikan dan serah terima pengurus Padakacarma tahun 2014. Di acara serah terima tersebut para pengurus Padakacarma yang dulu memberi kesan mereka setelah memimpin Padakacarma di tahunnya. Setelah itu serah terima jabatan lama kepada jabatan baru. Ada hal menarik juga setelah serah terima jabatan. Mas Agung meminta kita semua fokus hanya pada suaranya dan memberikan arahan tangan kami harus membentuk cincin dan memberi sugesti tangan itu di lem, dan ditali sehingga tidak dapat terlepas kecuali Mas Agung yang melepaskannya. Saat itu ada 1 orang yang tersugesti dan tangannya tidak dapat lepas. Tetapi itu semua hanya untuk menambah keakraban kami.
      Acara selanjutnya yaitu presentasi tentang potensi Desa Wisata Grogol. Presentasi ini juga menjadi tugas untuk para calon anggota Kaca angkatan 23 yang sudah mulai menjadi seorang wartawan. Sesudah presentasi kami kemudian berfoto bersama untuk kenang-kenagan. Kami kemudian berpamitan dan berterima kasih dengan semua warga yang berada di sana. Akhirnya kami masuk bus lagi dan pulang menuju KR. Saat aku dalam perjalanan pulang, aku di sms oleh ibuku agar turun saja di Mirota Godean, karena rumahku cukup dekat dengan Mirota Godean. Sesampainya di Mirota Godean, aku turun dan berpamitan kepada teman-teman satu busku, kemudian aku dijemput oleh ibuku dan pulang menuju rumah. Rasanya outbond bersama Kaca dan Padakacarma sangant menyenangkan, walaupun melelahkan. (Rayi Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)





Desa Wisata Grogol (Hard News)
Oleh : Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko


Desa Grogol, Seyegan, Sleman – Sabtu (28/13), Rubrik Kaca SKH Kedaulatan Rakyat (KR) mengadakan pelantikan pengurus Padakacarma periode 2014 dan outbond di Desa Wisata Grogol. Acara ini bertujuan untuk pengenalan Rubrik Kaca SKH Kedaulatan Rakyat sekaligus acara keakraban bagi anggota Kaca dan Padakacarma.
Acara diawali dengan penyambutan tim Rubrik Kaca SKH Kedaulatan Rakyat (KR) oleh warga Desa Grogol. Kemudian dilanjutkan kegiatan outbond dan diakhiri dengan presentasi tentang potensi Desa Wisata Grogol. Acara ini bertujuan untuk mengakraban anggota Kaca dan Padakacarma sehingga tidak terjadi senioritas di antara mereka.
Jamal (16), peserta outbond, mengaku senang dengan adanya acara keakraban tersebut. “Saya berharap acara keakraban ini sering dilakukan agar tidak terjadi senioritas di antara kami dan semua bisa saling kenal satu sama lain, tambahnya. (Rayi Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)





Vandalisme (Opini)
Oleh : Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko

      
       Menurut eocommunity.com, vandalisme berasal dari kata vandal atau vandalus, yang mengacu pada nama suatu suku pada masa Jerman purba yang menempati wilayah sebelah selatan Baltik antara Vistula dan Oder. Di abad 4 dan 5 Masehi, suku Vandal mengembangkan wilayahnya hingga Spanyol dan Afrika Selatan. Pada tahun 455 Masehi, suku Vandal memasuki kota Roma dan menghancurkan karya seni dan sastra Romawi yang terdapat pada waktu itu.   
       Vandalisme didefinisikan sebagai kegiatan iseng dan tidak bertanggung jawab dari beberapa orang yang berperilaku cenderung negatif. Kebiasaan ini berupa coret-coret tembok, dinding atau obyek lain agar dapat dibaca secara luas, berupa tulisan nama orang, nama sekolah, nama gank atau tulisan-tulisan lain tanpa makna yang berarti. Vandalisme telah merujuk kepada tabiat seseorang yang membinasakan harta benda orang lain.
       Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi vandalisme ialah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya). Menurut kamus Webster, definisi vandalism ialah willful or malicious destruction or defacement of thing of beauty or of public or private property. Yaitu, perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang indah serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi.
       Pelaku vandalisme ini sebenarnya sudah masuk tindak kejahatan ringan, karena sifatnya merugikan pihak tertentu dan mengganggu kenyamanan umum dengan cara merusak serta mencoret-coret fasilitas publik maupun pribadi. Kebanyakan pelaku vandalisme adalah kalangan remaja. Kebanyakan remaja berusia sekitar 13-19 tahun yang tergabung dalam suatu genk sekolahnya. Remaja yang tergabung di dalam genk tersebut berusaha mencari jati diri dengan melakukan vandalisme. Vandalisme yang dilakukan anggota genk sekolah ini dengan menuliskan 3 huruf inisial sekolahnya yang menandai daerah sekolahnya, serta di sekitar tulisan inisal sekolahnya juga terdapat inisial remaja yang melakukan vandalisme tersebut. Remaja seperti ini menginginkan dirinya diakui, sehingga dia menemukan jati dirinya.
       Vandalisme merupakan salah satu perilaku menyimpang yang disebabkan pergaulan bebas remaja. Perilaku remaja yang melakukan vandalisme ini tidak terlepas dari peran keluarga serta lingkungan tempat remaja tumbuh berkembang. Perilaku yang menyimpang ini timbul mungkin karena ketakutan remaja terhadap masa depan sehingga ketakutan tersebut dialihkan pada sifat yang merusak serta menganggu orang banyak, seperti vandalisme..
       Contoh vandalisme yang saya amati adalah di tembok dan rolling door toko. Banyak sekali tulisan maupun gambar dari pelaku vandalisme yang menghiasi dinding maupun rolling door toko. Pengamatan saya tak berhenti di situ, saat melewati perempatan Pasar Godean, kemudian belok kanan ke arah utara, sekitar 1-2 km terdapat monumen berpondasi besar dan lebar. Pondasi monumen tersebut telah di-vandal. Monumen yang seharusnya menjadi tempat bersejarah, kini telah dialih fungsikan menjadi arena vandalism yang tidak enak dipandang oleh mata.
       Sejauh ini tidak ada perhatian khusus dari pemerintah terkait fenomena vandalism yang terus terjadi. Pemerintah seakan acuh dengan fenomena yang sangat menganggu dan merusak banyak fasilitas publik. Masyarakat juga hanya diam melihat fenomena ini. Meskipun sejujur masyarakat juga sangat terganggu dengan adanya kegiatan vandalisme ini. Masyarakat hanya dapat membersihkan bekas-bekas vandalisme dengan mengecat ulang tembok yang divandal.
     Sehingga sesungguhnya perlu tindakan tegas dari  pemerintah terkait fenomena vandalisme ini. Sanksi berupa denda ataupun memperbaiki fasilitas publik yang telah divandal bisa menjadi alternatif tindakan untuk membuat para pelaku vandalism jera.
(Rayi Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)







Desa Wisata Grogol (Soft News)

Oleh : Ignasius Rayi Angger Lintanganom Tinarbuko


       Desa Wisata Grogol terletak di Dusun Grogol Desa Mergodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa wisata ini berbeda dengan objek wisata lainnya. Desa wisata ini diplot sebagai Desa Wisata Budaya karena memproduksi gamelan dan wayang. Latar belakang keluarga di desa ini mayoritas adalah dalang, sehingga kesenian wayang dan gamelan pun sangat terjaga. Selain wayang dan gamelan, Desa Wisata Grogol juga memiliki tempat produksi kereta kuda, kreweng, gerabah, tahu, tempe dan jamu.
       Ada hal unik yang menjadi ciri khas Desa Wisata Grogol. Jamuan minum atau welcome drink di desa ini adalah jamu kunir asem dan beras kencur. Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang atau buah. Ada juga yang menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya. Selain ciri khas welcome drink, terdapat keunikan lain yang menjadi kebanggaan Desa Wisata Grogol. Wisatawan dapat meminta Desa Wisata Grogol menampilkan kesenian khas Jawa.
       Selain dikenal lewat wisata budayanya, desa ini juga terkenal karena sumber mata airnya yang tidak pernah habis sejak ditemukan zaman dahulu. Kono katanya, Desa Grogol adalah jalur dakwah dari Sunan Kalijaga. Dulu Sunan Kaijaga berniat beristirahat di desa ini dan ingin sholat, tetapi tidak ada air untuk beruwudhu. Namun dengan kesaktian dan dari izin Tuhan, maka ia membuat mata air, yang hingga saat ini masih mengeluarkan air yang berlimpah.
       Seiring berkembangnya zaman, desa wisata ini tidak hanya fokus pada kesenian saja. Desa Wisata Grogol mulai membuka wisata outbond untuk para wisatawan. Outbond ini juga memanfaatkan mata air yang konon dibuat oleh Sunan Kalijaga. Lokasi outbond yang dimiliki Desa Wisata Grogol ini masih relatif kecil, karena pembangunan tempat yang belum sempurna. Tapi dengan kreativitas warga Desa Grogol, tempat yang kecil tersebut dapat dimanfaatkan untuk banyak permainan. Permainan yang disuguhkan di sini antara lain: kolam lumpur, kolam renang, susur sungai, jembatan goyang, dan jaring laba-laba. Meskipun permainan outbond masih termasuk baru untuk Desa Wisata Grogol, paket wisata ini termasuk digemari para wisatawan selain tracking, melukis gerabah, membatik, menari, dan belajar bermain gamelan. Namun, dari semua paket wisata, yang paling laris diserbu wisatawan adalah belajar gamelan. Karena untuk memainkan gamelan dibutuhkan banyak orang, paket wisata ini sangat pas dimainkan wisatawan yang sering datang rombongan.
       Dengan letak yang strategis dan tidak jauh dari perkotaan Yogyakarta tempat ini menjadi obyek sasaran wisatawan di saat liburan maupun hari-hari biasa. Desa Wisata Grogol sedang mengembangkan pembangunan Rest Area dan Gazebo. Desa Wisata Grogol memiliki jangkauan wisata yang luas namun tetap saja, pusat kegiatan tetap berada di Desa Grogol.
       Desa ini mempunyai target merubah status Desa Wisata Grogol menjadi obyek wisata Grogol. Selain itu, desa ini juga berkeinginan membuat pagelaran pentas seni rutin yang menampilkan keunggulan Desa Wisata Grogol, serta pentas seni tersebut ditampilkan oleh para warga Desa Wista Grogol. (Rayi Angger / Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta)